AHLAN WASAHLAN...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Selamat Datang di Blog sederhana ini, semoga bisa memberikan manfaat buat kita semua. Namun apabila ada masukan atau kritikan atas postingan saya silahkan disampaikan...

By : MUJAHIDAH

Rabu, 21 Mei 2008

Membangun Pribadi Pantang Menyerah

Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.� (QS. An-Nahl: 97).

Allah telah menciptakan alam dan isinya berpasang-pasangan, sehingga melahirkan hukum tarik menarik antara satu dengan yang lainnya. Artinya kondisi alam ini akan selalu dinamis sesuai dengan kehendak-Nya. Begitu juga halnya dengan kehidupan manusia, akan mengalami rotasi (perputaran) antara di bawah–di atas; sukses-tidak sukses; bahagia-susah, dll. Begitu juga dengan iman kita. Iman bisa datang dan pergi, naik dan turun.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat dimana ia ingin beribadah dan ada saat dimana enggan beribadah.� Diantara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan diantara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan.

Dalam arti lain, semakin seseorang berada dalam iman yang rendah, maka besar kemungkinan dalam kondisi ini akan mengakhiri hidupnya. Demikian sebaliknya, jika seseorang semakin sering berada pada kondisi iman yang tinggi, maka semakin besar peluangnya memperoleh akhir kehidupan yang baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan kondisi pribadi yang berujung kebaikan, pribadi yang pantang menyerah tersebut?

Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, medapat rezeki, dll. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dll., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.

Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata dilihat secara fisik. Tetapi lebih-lebih dan yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat.

Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadist Nabi yang menyebutkan bahwa: “Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.� Jadi, manusia tangguh dam kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Alquran itu memiliki dua syarat pokok. Yakni iman dan ilmu (QS. 58: 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman tersebut, yaitu berupa: kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh).

Sedangkan menurut M. Yunan Nasution (1976), mengungkapkan pengaruh iman terhadap kehidupan manusia itu berupa: iman akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda; menanamkan semangat berani menghadapi maut; membentuk ketentraman jiwa; dan membentuk kehidupan yang baik.

Untuk mencapai dampak dari kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi kita masing-masing. Dan kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi pantang menyerah dan tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut.

Menyikapi keadaan seperti saat ini, kita seharusnya tidak menjadi pesimis dan berserah diri. Kita harus optimis dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam hidup ini. Sehingga untuk menjadikan pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, maka dalam diri kita harus tertanam sikap optimis, berpikir positif, dan percaya diri.
Setiap manusia harus memiliki optimisme dalam menjalani kehidupan ini. Dengan sikap optimis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap masa depan penuh dengan keyakinan terhadap Sang Pencipta. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah ditentukan-Nya. Tugas kita adalah hanya berusaha, berpikir dan berdoa agar sesuai dengan ridho-Nya.

Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir positif kepada siapa? Pertama, berpikir positif kepada Allah. Setiap kejadian, peristiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas kita, hanya berpikir dan membaca. Ada apa dibalik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku keseharian.

Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri. Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya.
Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridho-Nya. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak ‘mengangkatnya’.

Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, ‘sang juara’. Hal ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini.

Ketiga, berpikir positif pada orang lain. Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menghendakinya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.

Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain ‘cakar-cakaran’. Tapi, kalau diluar itu ia akur, damai kembali.
Keempat, berpikir positif pada waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin kita apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes.

Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggung jawabannya kelak, di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman, yang artinya: “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.� (QS. An-Nahl: 97).

Untuk memaksimalkan sikap positif pada diri seseorang, lebih-lebih sebagai pembentuk pribadi yang pantang menyerah, tangguh, ‘tahan banting’, sabar dan istiqomah pada jalan-Nya. Tentu perlu dibagun pula dengan kebiasaan positif.

Semoga tulisan ini menjadi bahan penilaian terhadap diri kita sendiri, terutama kaitannya dengan keinginan pembentukan pribadi yang pantang menyerah. Dan kita berdoa, semoga Allah memberi kemampuan terhadap kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah sesuai tuntutan-Nya. Amin. Wallahu a'alam.

by: ust Salim

QABASAT

"Kepahlawanan itu ada pada tahan uji, kesabaran, kesungguhan, dan kerja yang tak kenal lelah. Barangsiapa ingin menikmati buah sebelum matang dan ingin memetik bunga sebelum mekar, maka lebih baik baginya minggir dari dakwah ini dan mencari dakwah yang lain." (Hasan Al Banna)

"Adapun orang yang tidur dengan sepenuh kelopak matanya, makan dengan sepenuh mulutnya, tertawa dengan sepenuh kerongkongannya, dan menghabiskan waktunya dengan permainan, gurauan, pekerjaan yang sia-sia serta gelimangan nafsu, sungguh sangat jauh dari keberhasialan dan tidak tertulis dalam barisan para pejuag". (Majmu'atur Rasail)

"Bila engkau penat menempuh jalan panjang, menanjak dan berliku dengan berjalan secara perlahan atau berlari, maka berhenti dan duduklah sejenak. Diamlah sambil memandang keatas, Dia sedang melukiskan pelangi untukmu…”

"Keberhasilan adalah hak bagi siapapun yang mau bersusah payah dalam mengejar keberhasilannya. Orang-orang yang akan dapat menikmati keberhasialn tersebut hanyalah orang yang mamiliki cita-cita dan tekad yang kuat serta mau merasakan kesusahan terlebih dahulu demi mencapai keberhasilan tersebut".

”Sesungguhnya dunia ini tempat menggiurkan yang licin dan rumah kehinaan. Bangunannya akan hancur dan penghuninya akan masuk liang lahat. Semua isinya akan berpisah dan dengan kefakiran janganlah resah. Menumpuk harta (kelak) mendatangkan kesulitan dan keiskinan adalah suatu kemudahan (pada penghisaban).

Oleh karena itu takutlah kepada Allah dan hanya kepadaNyalah diri berserah. Janganlah kamu gadaikan kehidupan abadi dengan rumah fantasi. Sesungguhnya kehidupan di dunia akan luntur dan temboknya akan hancur. Perbanyaklah amalan dan jangan memperbanyak angan-angan. (Imam Syafi’i)

Kecantikan Batin

  • Untuk Membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan;
  • Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai;
  • Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan bagi mereka yang kelaparan;
  • Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahun, dan Anda tidak akan pernah berjalan sendirian.

Senin, 19 Mei 2008

Persahabatan Sejati

Dalam kafilah dakwah, sangat mutlak sekali dibutuhkan sebuah persahabatan. Persahabatan lebih tepatnya ukhuwah merupakan nilai yang sangat mahal bagi kita. Raga boleh terdera, darah, air mata, dan peluh boleh mengucur. Tapi semuanya tak kan mampu tuk pupuskan nikmatnya sebuah persahabatan, persaudaraan, ukhuwah di jalan-Nya. Kesulitan di sepanjang jalan ini, merupakan anugerah dan karunia Allah yang sangat besar dan mulia.

Di jalan dakwah ini, kita harus senantiasa untuk selalu memelihara sikap lemah lembut dan berusaha menjaga hubungan baik dengan teman seperjalanan. Dr. Adil Abdullah Al-Laili, ”Siapa saja yang berhasil melakukan perjalanan dengan para juru dakwah dalam kafilah ini, berarti ia akan bisa hidup dengan manusia yang lain dan ia juga akan berhasil menasihati dan mengarahkan mereka. Sebab ada seorang mukmin yang baik bagi dirinya tapi ia kurang baik bila ia bergabung dalam kafilah ini.” (Musafir fi Qithari Da’wah).

Dalam kafilah dakwah, persahabatan yang dikehendaki tidak boleh berlebihan. Artinya, cinta tak boleh mengabaikan asas keadilan dan objektifitas hingga menyeberang pada sikap fanatik buta dan ta’ashub (sukuisme). Syariat Islam melarang kita terlalu keras dalam mencaci, juga melarang sikap berlebihan dalam memuji. Berlebihan dalam hal cinta akan mendorong orang meremehkan orang lain. Dan setiap sesuatu yang melewati batasnya ia akan berakibat pada kebalikannya.


Namun tidak dipungkiri bahwa dalam sebuah persahabatan sering menemukankan beragam cobaan. Sebuah persahabatan tidak akan bisa terjalin secara otomatis, tapi membutuhkan proses yang panjang. Dalam perjalanan membina persahabatan sejati itu akan selalu diwarnai oleh berbagai pengalaman suka-duka, sakit-senang, yang senantiasa dijalani oleh dua orang sahabat yang menjalin sebuah persahabatan karena Allah.

Dalam sebuah persahabatan akan ditemukan sebuah kritik, koreksi, adu argumen, diskusi, penolakan yang kesemua itu tidak akan memicu permusuhan atau rasa benci, tapi akan menumbuhkan suasana kasih dan cinta yang semakin kuat. Pada zaman dahulu Rasulullah Shalallahu ’alaihi wassalam juga berdebat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal bentuk penghancur sebuah persahabatan :1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)2. Ketidakterbukaan3. Kehilangan kepercayaan4. Perubahan perasaan antar lawan jenis5. Ketidaksetiaan.
Akan tetapi penghancur persahabatan tersebut mampu dipatahkanoleh sahabat-sahabat yang telah teruji kesejatian motivasinya. Dia benar-benar membina sebuah persahabatan karena Allah swt, demi mencapai mardhotillah.

Ikhwati wa akhawati al ahibba' mari kita renungkan kata-kata ini:
"Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri. Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita".

“Persahabatan yang sejati akan membawa kerinduan yang abadi. Sesungguhnya persahabatan itu lebih unggul dari percintaan, tanpa persahabatan, percintaan akan berakhir, tanpa percintaan persahabatan akan bisa kekal. Oleh karena itu hargailah persahabatan yang telah terjalin."